6 WASIAT SAIDINA UMAR

6 WASIAT SAIDINA UMAR :

1. Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau mahu mencacinya, maka cacilah dirimu. Kerana, celamu lebih banyak darinya.

2. Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah dahulu perutmu. Kerana, tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.

3. Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah ALLAH s.w.t.! Kerana, tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain DIA.

4. Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab, andaikata engkau meninggalkannya, bererti engkau terpuji.

5. Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk mati. Kerana, jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi penuh penyesalan.

6. Bilamana engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah Akhirat. Kerana, engkau tak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.

Saturday 22 June 2013

Aa Gym: Menakar Kemuliaan Akhlak

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Sollu 'alan Nabi.



Sumber: http://mengasahdiri.blogspot.com/2012/12/aa-gym-menakar-kemuliaan-akhlak.html

 Setiap orang ingin merasakan kebahagiaan. Ada yang menyangka dengan datangnyauang maka ia akan menjadi bahgia sehingga iapun mencari uang mati-matian.Ada juga yang menyangka bahwa kedudukan bisa membuatnya bahagia, maka ia pun mencoba merebut kedudukan. Ada yang menyangka penampilanlah yang akan membuatnya bahagia, maka mati-matian ia mengikuti mode. Ada yang menyangka banyaknya pengikut membuatnya bahagia, begitu seterusnya.

Setiap kali kita membutuhkan sesuatu dari selain kita, kita menyangka bahwa itulah yang akan membuat kita bahagia. Kita menggantungkan harapan pada selain kita, selain Allah. Padahal semakin kita berarap orang lain berbuat sesuatu untuk kita maka sebenarnya peluang bahagia itu malah akan terus menurun. Kenapa? Ibarat cahaya matahari yang memancar tanpa membutuhkan input dari luar, kebahagiaan yang hakiki itu justru datng bukan dari seseorang atau dari sesuatu.

Salah satu bentuk kebahagiaan yang sejati adalah ketika kita hanya menggantungkan segala urusan kepada Allah. Bagi orang yang  mengenal Allah dengan baik, dan ia tidak berharap banyak dari selain Allah, itulah salah satu kebahagiaan. Maka bagi kita yang selama ini masih sangat ingin dihargai, masih sangat ingin dihormati, masih sangat ingin dibedakan oleh orang lain, masih sangat ingin diberi ucapan terima kasih ketika melakukan sesuatu untuk orang lain, atau masih sangat ingin dipuji, maka sebenarnya makin tinggi kebutuhan kita akan penghargaan dari orang lain, itulah yang akan menyempitkan hidup kita. Barang siapa yang berhasil lepas dari kebutuhan-kebutuhan semacam itu, dan kita sudah mulai bisa menikmati indahnya memberikan senyuman kepada orang lain dan bukannya diberi senyuman; atau merasakan nikmatnya bisa menyapa orang lain dan bukan disapa, nikmatnya menyalami dan bukan menunggu disalami, semakin kita tidak berharap orang berbuat sesuatu untuk kita, maka inilah fondasi kita dalam menikmati hidup ini. Kenyataan yang ada di masyarakat kita dengan terjadinya beraneka kemunkaran, kezhaliman dan kejahatan, itu disebabkan karena kita terlalu banyak berharap kepada makhluk dan tidak kepada Allah.

Saudara-saudaraku yang dimuliakan Allah, suatu ketika Rasulullah Saw. ditanya, "Ya Rasulullah, mengapa engkau diutus ke bumi?" Maka jawaban Rasulullah sangat singkat sekali, "Sesungguhnya aku diutus ke bumi hanyalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak." Menurut Imam Al Ghazali, berdasarkan apa yangbisa saya fahami, akhlak itu adalah respon spontan terhadap suatu kejadian. Pada saat kita diam, tidak akan kelihatan bagaimana akhlak kita. Akan tetapi ketika kita ditimpa sesuatu baik yang menyenangkan ataupun sebaliknya, respon terhadap kejadian itulah yang menjadi alat ukur akhlak kita. Kalau respon spontan kita itu yang keluar adalah kata-kata yang baik, mulia, berarti memang sudah dari dalamlah kemuliaan kita itu. Tanpa harus dipikir banyak, tanpa harus direkayasa, sudah muncul kemuliaan itu. Sebaliknya kalau kita memang sedang dikalem-kalem, tiba-tiba terjadi sesuatu pada diri kita, misalnya sandal kita hilang, atau ada orang yang menyenggol, mendengar bunyi klakson yang nyaring lalu tiba-tiba sumpah serapah yang keluar dari mulut kita, maka lemparan yang keluar sebagai respon spontan kita itulah yang akan menunjukkan bagaimana akhlak kita. Maka jika bertemu dengan orang yang meminta sumbangan lalu kita berfikir keras diberi atau jangan. Kita berfikir, kalau dikasih seribu, malu karena nama kita ditulis, kalau diberi lima ribu nanti uang kita habis. Terus... berfikir keras hingga akhirnya kita pun memberi akan tetapi niatnya sudah bukan lagi dari hati kita karena sudah banyak pertimbangan.Padahal keinginan kita semula adalah untuk menolong. Kalau sudah demikian, sebetulnya bukan akhlak dermawan yang muncul.

Saudara-saudaraku sekalian, inilah sekarang paling menjadi masalah bagi peradaban kita. Kita empunyai anak, dia memiliki gelar yang bagus, sekolahnya pun di tempat yang bergengsi, tapi akhlaknya jelek, maka tidak ada artinya. Kita punya dosen, gelarnya berderet banyak, rumahnya pun mentereng, tapi jikalau akhlaknya, celetuk-celetukannya atau sinisnya tidak mencerminkan struktur keilmuan seperti yang dimilikinya, maka jatuhlah ia. Ada orang yang dianggap dituakan, tetapi akhlaknya jelek, maka walaupun ia dituakan, dia gagal mendapatkan penghormatan. Atau kita punya atasan, seorang pejabat yang bagus karirnya akan tetapi akhlaknya, ...masya Allah, sudah punya isteri tapi ia dikenal berzina dengan perempuan lain, di kantor ia mengambil harta dengan cara tidak halal, maka jatuhlah ia.

Sekarang ini krisis terbesar kita memang krisis akhlak. Oleh karena itu, saya sependapat dengan seorang pengusaha terkenal dari Jepang yang mengatakan bahwa jikalau seseorang ingin memimpin perusahaan dengan baik, maka sebetulnya skill atau keahlian itu cukup 10% saja, yang 90% adalah akhlak. Karena akhlak yang baik, orang yang cerdas pun mau bergabung denganya. Mereka merasa aman, merasa tersejahterakan lahir batinnya. Akibatnya, berkumpulah para ahli. Kemudian kepada mereka diberikan motivasi dengan akhlak yang baik maka jadilah sebuah prestasi yang besar. Oleh karena itu sebenarnya kesuksesan itu adalah milik orang yang berakhlak mulia.

Sekedar ilustrasi, suatu saat sedang terjadi dialog antara suami dan isteri. Sang isteri menginginkan anaknya menjadi bintang kelas, akan tetapi sang suami mengatakan bahwa bintang kelas itu bukan alat ukur kesuksesan anak sekolah. Menjadi bintang kelas itu tidak harus, tidak wajib. Yang wajib bagi anak itu adalah memiliki akhlak yang mulia. Apalah artinya ia menjadi bintang kelas apabila kemudian ia jadi terbelenggu oleh keinginan dipuji teman-temannya. Jadi dengki terhadap orang-orang yang pandai dikelasnya, atau menjadi takabbur karena kepandaiannya itu. Apa artinya bintang kelas seperti ini? Lebih baik lagi jika kita bangun mental anak kita lebih bagus, matang pada tiap tahapannya. Kalaupun suatu saat ia ditakdirkan menjadi bintang kelas, maka itu adalah buah dari pemikirannya. Sementara itu ia pun sudah siap denga mentalnya: tidak dengki, tidak iri, tidak jadi sombong. Nilai ini tentunya jadi lebih bagus daripada nilai menjadi bintang kelasnya. Apalah artinya kita lulus terbaik jika kemudian menjadi jalan ujub takabbur. Lulus itu hanya nilai,nilai, nilai....

Saudara-saudara sekalian, inilah yang sepatutnya menjadi bahan pemikiran kita. Kita berbicara seperti ini sebenarnya bukan untuk memikirkan seseorang. Siapa yang akhlaknya demikian, demikian...Kita berbicara seperti ini adalah untuk memikirkan diri kita sendiri. Apakah saya itu berakhlak benar atau tidak? Bagaimana cara melihatnya?Ya, lihat saja kalau kita mendapati masalah. Bagaimana respon spontan kita? Bagaimana struktur kata-kata kita, raut wajah kita? Apakah kita cukup temperamental? Apakah kata-kata kita keji, menyakiti, arogan? Itulah diri kita. Kesuksesan dan kegagalan itu bergantung pada hal semacam ini. Bergantung apa yang kita lakukan. Apakah dengan DT bisa menjadi sebesar ini sudah menjadi tanda kesuksesan? Belum. Masih jauh. Kalau hanya alat ukur kemajuan bertambahnya bangunan atau tanah, ah... orang-orang kafir juga bisa melakukannya. Kalau hanya sekedar jama'ah berhimpun banyak, itupun gampang. Tetapi apakah dakwah ini elah mampu merobah akhlak kita? Itulah alat ukurnya.

Sering diungkapkan, bagaimana ukuran kesuksesan seseorang dalam berdakwah? Gampang. Kesuksesan seseorang yang berdakwah adalah apakah dirinya pun bisa berubah menjadi lebih baik atau tidak? Kalau hanya berbicara seperti ini, mengeluarkan dalil tapi yang bersangkutan akhlaknya tidak berubah, itu malah mencemarkan agama. Kesuksesan dakwah bukan karena banyaknya pendengar atau jumlah jama'ah karena dakwah itu bukan sekedar menikmati kata-kata. Kesuksesan berdakwah adalah ketika yang berdakwah ini pun semakin baik akhlaknya, semakin tinggi nilai kepribadiannya. Insya Allah. Mudah-mudahan keluhuran pribadi itulah yang menjadi alat dakwah kita. Bukan hanya mengandalkan kekuatan kata-kata belaka.
Barakallahu lii wa lakum.

Wednesday 19 June 2013

Ekspresi Syukur: Pada Allah @ manusia?

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Sollu 'alan Nabi.




Situasi 1:

Si A dianugerahkan kecemerlangan akademik. Rasa gembiranya bukan kepalang. Dia rasa sangat bangga kerana usaha kerasnya selama ini membuahkan hasil. Jiwanya mengucap 'syukur' kepada Allah, hanya sekali itu. Selepas itu diceritakan kejayaannya itu kepada semua rakan-rakan, keluarga dan saudara-mara. Di laman sosial juga. Dibeberkannya bila-bila ada peluang. Malahan keluarganya juga tak melepaskan peluang untuk menceritakan kejayaan anak mereka. 


Hebat. Memang hebat. Semua orang tahu dan mengucapkan tahniah. Apabila fasa-fasa itu telah berlalu, apabila terkenang akan kejayaannya, si A akan berasa bahagia dan bangga sekali. Rasa itu melebihi rasa syukurnya kepada Allah yang telah memberikan kejayaan itu kepadanya di dunia yang fana ini.


Sebelumnya apabila keputusan peperiksaannya tidak seberapa, langsung tidak ada lafaz syukur dari lisannya kerana sekurang-kurangnya dia lulus dan tidak perlu mengulang peperiksaan tersebut. Semuanya dipendam, dirahsiakan dari pengetahuan orang lain. Malu dianggap kurang cemerlang oleh orang lain. Walhal di akhirat nanti Allah tak tanya pun dia excellent ke tak dalam exam.

Hari ini dia telah berjaya menjadi seorang profesional di dalam bidangnya. Seperti biasa si A sentiasa ingin menjadi yang terbaik.."aku..aku..aku..ini hasil usaha aku..ini kejayaan aku..ini anugerah aku..ini kerja aku..ini duit aku..ini piala aku..ini sijil aku..ini pangkat aku..ini jawatan aku..inilah keluarga aku..inilah aku..inilah destinasi percutian aku..inilah anak dan pasangan aku..inilah kereta aku..inilah rumah aku.."

Itulah zikir si A. Dia memandang 'kebesaran' dirinya. Di 'upload' semua kehebatannya di laman sosial dan dalam perbualan bersama manusia. Hanya kadang-kadang lafaz Alhamdulillah diucapkan di hadapan manusia sambil hatinya terpaut kuat pada dunia yang disangka miliknya.




Situasi 2:

Si B tidak habis sekolah lantaran miskin. Dia bekerja sebagai tukang sapu. Hari itu dia menghadap rezeki yang dianugerahkan oleh Allah. Di atas pinggan terhidang nasi,  ikan masin goreng, kicap dan ulam-ulaman. Dia lantas merenung akan kebesaran Allah. Nasi..dari mana ia didatangkan..proses menanamnya, tumbuhnya, menuainya..Ya Allah..panjangnya proses dari padi untuk menjadi beras..ikan..dari sungai mana, siapa nelayannya, proses mengeringkannya..belum lagi kicap..ulam..bahkan air..pinggan itu sendiri..Semuanya telah ditakdirkan oleh Allah dan dijamin oleh Allah untuk berada di hadapannya di saat itu, ketika itu..sebagai rezeki buatnya..

Subhanallah..Maha Suci Engkau Ya Allah..Terima kasih Ya Allah..Zat Yang Maha Kaya, Maha Pengasih..jiwa si B lantas tidak tahan akan kebesaran Ilahi lalu air matanya mengalir..air mata kesyukuran..
Hari demi harinya dilalui dengan penuh rasa kehambaan dan kesyukuran..Semua yang dipandangnya dikaitkan dengan KeAgungan Allah..dia bersyukur dengan segala-galanya. Nikmat hidup, nikmat Islam, nikmat akal, nikmat kesihatan, sempurnanya tubuh badan dan betapa luasnya kasih sayang dan anugerah Allah sepanjang kehidupannya..

Kerana memang pada hakikatnya hanya Allah yang Maha Berkuasa ke atas segala sesuatu..Segala kebaikan walaupun kecil adalah semata-mata kurniaan dari Allah..cukuplah Allah baginya..di dalam kesederhanaan dia belajar mengenal dan mencintai Allah..Si B berasa bahagia dengan Tuhan, biarpun dia tidak pernah mengecapi kejayaan dunia.





-Segalanya mutlak daripada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ke mana kita hadapkan hati kita? 

Tuesday 18 June 2013

Engkau Lebih Cantik Berpurdah :)

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Sollu 'alan Nabi.

Small girl wearing niqab :)


Alhamdulillah dipertemukan oleh Allah dengan artikel tentang purdah/ dalam bahasa Indonesianya cadar. Moga Allah memberikan taufiq dan hidayah kepada kita untuk berpurdah (InsyaAllah apabila sesuai dengan masa dan keadaan biiznillah), kerana wajah merupakan tempat utama tatapan mata dan seringkali mengundang bahaya syahwat lelaki. Teguhkan hati menegakkan sunnah, ikhlaskan jiwa menjaga kehormatan diri dan ajnabi. Semoga bermanfaat.

Sila klik pada link berikut:

engkau-lebih-cantik-bercadar-mengangkat-kekhawatiran-dan-belum-siapnya-wanita-untuk-memakai-cadar-bagian-1

engkau-lebih-cantik-bercadar-mengangkat-kekhawatiran-dan-belum-siapnya-wanita-untuk-memakai-cadar-bagian-2.

engkau-lebih-cantik-bercadar-mengangkat-kekhawatiran-dan-belum-siapnya-wanita-untuk-memakai-cadar-bagian-3.

engkau-lebih-cantik-bercadar-mengangkat-kekhawatiran-dan-belum-siapnya-wanita-untuk-memakai-cadar-bagian-4.

Friday 14 June 2013

Tutup aurat ikut Allah @ fesyen?

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Sollu 'alan Nabi.





Alhamdulillah terjumpa dengan TULISAN (sila klik :) sahabat kita yang membicarakan isu aurat. Sangat menarik. Kita (kaum wanita) ada fitrah sangat suka pada kecantikan dan sangat suka kelihatan cantik. Kaum lelaki pula fitrahnya sangat suka tengok wanita cantik. Allah pula mewajibkan hamba-Nya untuk menutup aurat dan menundukkan pandangan. Bukannya untuk menyusahkan, tetapi untuk menyelamatkan. Segala perintah Allah itu adalah tanda kasih sayang Allah dan kebijaksanaan-Nya. Jadi di sini jelas kita kaum Adam dan Hawa mesti bekerjasama untuk mentaati perintah Allah ini. Bagaimana? Dalam Islam sudah jelas akan cara menutup aurat dengan sempurna. Tanggungjawab kita wahai Muslimah yang dikasihi sekalian untuk mempraktikkannya. 


Jika dah tutup, Alhamdulillah. Orang beriman tidak akan berasa cukup dengan kebaikan yang dilakukannya. Sentiasa lakukan perbaikan-tutup dengan sempurna tanpa menarik perhatian kaum lelaki. Jika dah tutup tapi kaum lelaki masih tertarik..periksalah..mungkin warna pakaian/tudung kita terlalu terang dan berwarna warni. Mungkin make-up kita terlalu tebal sampai muka kita jadi tarikan lelaki..mungkin cara kita berjalan macam model..mungkin kita terlalu 'ramah' dengan lelaki..Lelaki dan wanita sama-sama wajib menutup aurat, sama-sama wajib menundukkan pandangan. Kaum lelaki pula tidak usahlah memakai seluar pendek..Tidak ada 'cool'nya pada perkara yang menyelisihi perintah Allah..


I know..it's really hard not to follow our desire to wear this and that..tapi kita perlu sentiasa muhasabah..check niat..kita pakai baju dan tudung ni untuk siapa? Tak wajar jika dikatakan kerana Allah tapi masih menarik perhatian lelaki..Ye, boleh..pakai lah pakaian yang kemas dan bersih..warna yang gelap/lembut. Bersikap tegas dalam berurusan dengan lelaki supaya kita tak terjebak sebagai wanita yang membawa fitnah kepada lelaki. Ingat, kita hidup untuk Allah..kita nak redha Allah..takkan berkumpul dua cinta dalam satu hati..kita wajib berusaha sedaya upaya untuk mencintai Allah melebihi segala-galanya..cinta itu terzahir pada perilaku kita..


Kembali pada Al-Quran..satu-satunya jalan selamat untuk kita. Biar tidak dipandang hebat bergaya di mata manusia, namun mendapat keredhaan daripada Rabb yang telah menciptakan kita. Kita semua pasti akan mati. Bukan dengan fesyen terkini yang akan menyelamatkan kita dari azab kubur dan neraka. Tetapi dengan iman dan amal soleh..yakinlah, tunduk dan taat pada Allah itu lebih manis dari dunia dan seisinya..:')


Bismillah..jom tambah ilmu dan perbaiki amal..:)





FESYEN MUSLIMAH: ANTARA TREND DAN SYARIAH

Barakallahufiikum.

Sunday 9 June 2013

You Choose!

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Sollu 'alan Nabi.




Life is about choices, and we are responsible towards each of it. If we choose to do good thing, then we'll get blessings from Allah and Inshaa Allah we'll get into the jannah. Otherwise, be prepared to be thrown into the hellfire, Na'uzubillah. So, let's choose wisely :)

Choose to obey and remember Allah.
Choose to follow Rasulullah S.A.W.
Choose to read the Quran and Hadith.
Choose to be Solehah (woman who obey Allah), Qonitah (woman who obey her husband) and Hafizah (woman who protect her dignity).
Choose to love other Muslims because of Allah.
Choose to be good to everyone.
Choose to do good deed.
Choose to be happy.
Choose to be grateful.
Choose to smile.
Choose to be calm.
Choose to be patient.
Choose to forgive and forget.
Choose to appreciate others and the nature (animal and trees)
Choose to spend the time wisely.
Choose to repent and be a better person.
Choose..to be what Allah ask us to be..:')

Sunday 2 June 2013

6 Langkah Untuk Kehidupan Bahagia Dunia Akhirat

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Sollu 'alan Nabi.

Langkah di bawah ini adalah gabungan beberapa teknik yang Insyaa Allah dapat memperbaiki hubungan kita dengan Allah, sekaligus menjadikan kita hidup lebih tenang dan bahagia di dunia dan akhirat.

1. Belajar ilmu Tauhid, yakni ilmu mengenal Allah. Disertai dengan penghayatan dan keyakinan yang teguh dalam hati akan keEsaan Allah. (dalam setiap saat dan perbuatan)

2. Sentiasa berkomunikasi dengan Allah. Lahirkan kesyukuran dalam setiap perbuatan iaitu dengan memulakan sesuatu dengan menyebut nama Allah, Bismillahir Rahmaanir Rahiim. Rasakan kehadiran dan kasih sayang Allah dalam setiap saat hidup kita. Belajar teknik komunikasi dengan Allah di sini:

http://www.fuadlatip.com/v1/2009/06/jiwa-positif-hidup-bertuhan-volume-1/#_

3. Latih diri (mencakupi fikiran, hati dan perbuatan) untuk menjadi orang yang lebih baik. Senaraikan ciri-ciri sifat baik yang kita ingin/ jadi contohnya seperti bertaqwa, menutup aurat dengan sempurna, solat malam, lemah lembut, tubuh badan sihat dan sebagainya. Baca apa yang kita senaraikan tadi dengan kuat dan penuh emosi gembira + bayangkan dalam fikiran kita menjadi seperti orang yang kita kehendaki. Latih aktiviti ini selama plus minus 20 minit. Sebaik-baiknya buat lepas solat sebab otak tenang pada waktu itu. Kemudian cuba aplikasikan segala tindakan kita ke arah apa yang kita inginkan. (inspirasi dari Prof Muhaya).

4. Menjadikan Al-Quran sebagai penghibur hati.

5. Amalkan sunnah Nabi Muhammad SAW. Hafal doa harian, adab dan cara ibadah Nabi dan praktikkan dalam kehidupan harian.

6. Berakhlak mulia di mana sahaja dan dengan siapa sahaja. Sentiasa ingin memberi kerana Allah. Harapkan redha Allah dan bukan penghargaan manusia.

Wallahu a'lam.

Selamat beramal :)