6 WASIAT SAIDINA UMAR

6 WASIAT SAIDINA UMAR :

1. Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau mahu mencacinya, maka cacilah dirimu. Kerana, celamu lebih banyak darinya.

2. Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah dahulu perutmu. Kerana, tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.

3. Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah ALLAH s.w.t.! Kerana, tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain DIA.

4. Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab, andaikata engkau meninggalkannya, bererti engkau terpuji.

5. Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk mati. Kerana, jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi penuh penyesalan.

6. Bilamana engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah Akhirat. Kerana, engkau tak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.

Monday 28 May 2012

Taati suamimu, syurga bagimu.

Bismillahirrahmaanirrahiim.


Sollu 'alan Nabi.





Dalam bingkai rumah tangga, pasangan suami dan istri masing-masing memiliki hak dan kewajiban. Suami sebagai pemimpin, berkewajiban menjaga istri dan anak-anaknya baik dalam urusan agama atau dunianya, menafkahi mereka dengan memenuhi kebutuhan makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggalnya.

Tanggungjawab suami yang tidak ringan diatas diimbangi dengan ketaatan seorang istri pada suaminya. Kewajiban seorang istri dalam urusan suaminya setahap setelah kewajiban dalam urusan agamanya. Hak suami diatas hak siapapun setelah hak Allah dan Rasul-Nya, termasuk hak kedua orang tua. Mentaatinya dalam perkara yang baik menjadi tanggungjawab terpenting seorang istri.

Syurga atau Neraka Seorang Isteri

Ketaatan isteri pada suami adalah jaminan syurganya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seorang wanita melaksanakan shalat lima waktunya, melaksanakan puasa pada bulannya, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka ia akan masuk syurga dari pintu mana saja ia kehendaki.” (HR Ibnu Hibban dalam Shahihnya)
Suami adalah syurga atau neraka bagi seorang istri. Keridhoan suami menjadi keridhoan Allah. Istri yang tidak diridhoi suaminya karena tidak taat dikatakan sebagai wanita yang durhaka dan kufur nikmat.

Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda bahwa beliau melihat wanita adalah penghuni neraka terbanyak. Seorang wanita pun bertanya kepada beliau mengapa demikian? Rasulullah pun menjawab bahwa diantarantanya karena wanita banyak yang durhaka kepada suaminya. (HR Bukhari Muslim)

Kedudukan Hak Suami

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kalau aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, maka aku akan memerintahkan para istri untuk sujud kepada suaminya, disebabkan karena Allah telah menetapkan hak bagi para suami atas mereka (para istri). (HR Abu Dawud, Tirmidzi, ia berkata, “hadis hasan shahih.” Dinyatakan shahih oleh Syaikh Albani)

Hak suami berada diatas hak siapapun manusia termasuk hak kedua orang tua. Hak suami bahkan harus didahulukan oleh seorang istri daripada ibadah-ibadah yang bersifat sunnah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh bagi seorang perempuan berpuasa sementara suaminya ada di rumah kecuali dengan izinnya. Dan tidak boleh baginya meminta izin di rumahnya kecuali dengan izinnya.” (HR Bukhari Muslim)

Dalam hak berhubungan suami-istri, jika suami mengajaknya untuk berhubungan, maka istri tidak boleh menolaknya.

“Jika seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidur, kemudian si istri tidak mendatanginya, dan suami tidur dalam keadaan marah, maka para malaikat akan melaknatnya sampai pagi.” (HR Bukhari Muslim)

Berbakti Kepada Suami

Diantara kewajiban seorang istri atas suaminya juga adalah, hendaknya seorang istri benar-benar menjaga amanah suami di rumahnya, baik harta suami dan rahasia-rahasianya, begitu juga bersungguhnya-sungguh mengurus urusan-urusan rumah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan wanita adalahpenanggungjawab di rumah suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban.” (HR Bukhari Muslim)

Syaikhul Islam berkata, “Firman Allah, “Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” (QS. An Nisa [4]: 34)

Ayat ini menunjukkan wajibnya seorang istri taat pada suami dalam hal berbakti kepadanya, ketika bepergian bersamanya dan lain-lain. Sebagaimana juga hal ini diterangkan dalam sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Lihat Majmu Al Fatawa 32/260-261 via Tanbihat, hal. 94, DR Shaleh Al Fauzan)

Berkhidmat kepada suami dengan melayaninya dalam segala kebutuhan-kebutuhannya adalah diantara tugas seorang istri. Bukan sebaliknya, istri yang malah dilayani oleh suami. Hal ini didukung oleh firman Allah, “Dan laki-laki itu adalah pemimpin bagi wanita.” (QS. An Nisa [4]: 34)

Ibnul Qayyim berdalil dengan ayat diatas, jika suami menjadi pelayan bagi istrinya, dalam memasak, mencuci, mengurus rumah dan lain-lain, maka itu termasuk perbuatan munkar. Karena berarti dengan demikian sang suami tidak lagi menjadi pemimpin. Justru karena tugas-tugas istri dalam melayani suami lah, Allah pun mewajibkan para suami untuk menafkahi istri dengan memberinya makan, pakaian dan tempat tinggal. (Lihat Zaad Al-Ma’aad 5/188-199 via Tanbihat, hal. 95, DR Shaleh Al Fauzan)

Bukan juga sebaliknya, istri yang malah menafkahi suami dengan bekerja di luar rumah untuk kebutuhan rumah tangga.

Tidak Keluar Rumah Kecuali Dengan Izin Suami

Seorang istri juga tidak boleh keluar rumah kecuali dengan izin suami. Karena tempat asal wanita itu di rumah. Sebagaimana firman Allah, “Dan tinggal-lah kalian (para wanita) di rumah-rumah kalian.” (QS. Al Ahzab [33]: 33)

Ibnu Katsir berkata, “Ayat ini menunjukkan bahwa wanita tidak boleh keluar rumah kecuali ada kebutuhan.” (Tafsir Al Quran Al Adzim 6/408). Dengan demikian, wanita tidak boleh keluar rumah melainkan untuk urusan yang penting atau termasuk kebutuhan seperti memasak dan lain-lain. Jika bukan urusan tersebut, maka seorang istri tidak boleh keluar rumah melainkan dengan izin suaminya.
Syaikhul Islam berkata, “Tidak halal bagi seorang wanita keluar rumah tanpa izin suaminya, jika ia keluar rumah tanpa izin suaminya, berarti ia telah berbuat nusyuz (durhaka), bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta layak mendapat hukuman.”

Penutup

Semua ketentuan yang telah Allah tetapkan di atas sama sekali bukan bertujuan membatasi ruang gerak para wanita, merendahkan harkat dan martabatnya, sebagaimana yang didengungkan oleh orang-orang kafir tentang ajaran Islam. Semua itu adalah syariat Allah yang sarat dengan hikmah. Dan hikmah dari melaksanakan dengan tulus semua ketetapan Allah di atas adalah berlangsungnya bahtera rumah tangga yang harmonis dan penuh dengan kenyamanan. Ketaatan pada suami pun dibatasi dalam perkara yang baik saja dan sesuai dengan kemampuan. Mudah-mudahan Allah mengaruniakan kepada kita semua keluarga yang barakah.***Wallahu ‘alam.
Penulis: Ustadz Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc
Artikel Muslim.Or.Id

Sunday 27 May 2012

Allah: The Cure for Burdens, Fatigue, and Hard Days of Homemaking

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Solllu 'alan Nabi.

Fatigue
Feeling burdened
Hard days



Some days we feel allthese things, we have much to do and at moments we feel backed against the wall. Alhamdulilah there is a remedy for these feelings: Allah. 

We should never look at our blessings as burdens, the good and the bad of it. There is blessings in everything that happens to us, even in our afflictions:

Anyone for whom Allah intends good, He makes him suffer from some affliction. (Bukhari)


 Look at your afflictions as a means of purification in this world and ask Allah for forgiveness.




Are we not tested daily with our children, our relationships and even property (bills bills bills)



 The believing man or woman continues to have affliction in person, property and children so that they may finally meet Allah, free from sin. (Tirmidhi)


No calamity befalls a Muslim but that Allah expiates some of his sins because of it, even though it were the prick he receives from a thorn. (Bukhari)

 SubhanAllah! Take comfort in our discomfort! When tending to our families we should not look at them as burdens but look at them with love and tend to them with love and kindness, not with frustration and regret

No burden do We place on any soul but that which it can bear. (6:152)
And those who believe and do good – We do not impose upon any of them a burden beyond his capacity. (7:42)

Sayida Fatima hands were becoming sore from working the mill and was seeking assistance. Hearing that a few slave girls were  captured she went to inquire about obtaining one. When she could not find the Prophet salallahu alayhi wa salaam, she made her request known to Aisha, later hearing of Sayida Fatima's inquiry he salallahu alayhi wa salaam responded to Sayida Fatima in the following hadith:

Volume 7, Book 64, Number 275 

Narrated 'Ali bin Abi Talib: 
Fatima came to the Prophet asking for a servant. He said, "May I inform you of something better than that? When you go to bed, recite "Subhan Allah' thirty three times, 'Alhamdulillah' thirty three times, and 'Allahu Akbar' thirty four times. 'All added, 'I have never failed to recite it ever since." Somebody asked, "Even on the night of the battle of Siffin?" He said, "No, even on the night of the battle of Siffin."



I read that hadith tonight and I had to share ! This is going to be one to remember when we feel the fatigue and worn out days of homemaking, even our beloved Sayida Fatima had much on her plate.


I am encouraging moms, wives, sisters that when we feel like it's too much,  remember Allah and strive to say this every night, keep asking Allah for an increase in patience, gratitude, and know that our Lord is Merciful and has blessed us every day!


Make duaa often in good and bad times. These are two duaas I say often when I feel that I may need an increase in patience and gratitude


Rabbi zidnee sabur - My Lord increase me patience


Rabbi zidnee shukr- My Lord increase me in gratitude 



Source : http://traditionalmuslimah.blogspot.com/2011/11/allah-cure-for-burdens-fatigue-and-hard.html

Saturday 26 May 2012

Thank You Allah

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Sollu 'alan Nabi.

Thank You Allah,
for giving us Iman and Islam.
for sending Rasulullah to lead us.
for giving Al-Quran and Hadith to guide us.
for the love of family and friends.
for the love of Muslims all around the world.
for the air that we breathe, the food that we eat...
being able to love and being loved,
everything, anything and all of them..
comes from You..
Ya Rahmaan Ya Rahiim..

for everything that You give...

Thank You...

ALLAH.

Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah.

Friday 25 May 2012

Menjaga Tubuh Dari Dosa

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Sollu 'alan Nabi.

oleh I Love Allah SWT and Prophet Muhammad SAW pada pada 14hb Jun 2011 pukul 6.43 pagi

Maksud Hifzhul Jawarih Minadz Dzunub
Al-hifzhu berarti menjaga, memelihara. Al-jawarih berarti bagian-bagian tubuh, yaitu anggota tubuh yang ada dalam tubuh manusia baik yang tampak ataupun yang tidak tampak, yang ada di luar atau yang ada dalam tubuh, seperti tangan, kaki, telinga, mata, hidung, mulut, perut, dan hati. Ad-dzunub adalah dosa-dosa.

Jadi, maksud dari hifzhul jawarih min ad-dzunub adalah memelihara dan menjaga anggota tubuh dari segala dosa, sehingga dirinya dapat terpelihara dari maksiat dan terhindar dari azab Allah swt.

Manusia diciptakan dalam keadaan sempurna dan istimewa, tidak seperti makhluk-makhluk lain seperti malaikat, jin, setan, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Hal ini difirmankan Allah swt. dalam surat At-tiin ayat 4:

لقد خلقنا الإنسان في أحسن التقويم

“Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna.”

Apa yang membuat manusia diciptakan dalam keadaan sempurna? Paling tidak ada 3 komponen yang diberikan Allah swt. kepada manusia sehingga menjadi makhluk yang sempurna, yaitu akal, ruh, dan jasad.

Tiga komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dan saling menyempurnakan. Jika salah satu hilang, maka kesempurnaan manusia akan hilang. Akal yang digunakan untuk berpikir, membedakan manusia dari binatang. Karena itu, jika manusia tidak mau menggunakan akalnya dengan baik, maka tak ubahnya seperti binatang. Ruh membuat manusia mampu bergerak dan melakukan aktivitasnya. Jika ruh hilang dalam diri manusia, maka tak ubahnya seperti mayat yang terbujur kaku. Tidak bisa bergerak. Jangankan bergerak, menepis sesuatu yang menempel di tubuhnya pun tidak bisa.

Jasad juga sangat dibutuhkan dalam diri manusia. Jika ada tidak jasad, maka dirinya tidak terlihat; dan ini tak ubahnya seperti jin, setan, atau malaikat. Alangkah baik jika seperti malaikat, makhluk yang dimuliakan Allah. Namun jika seperti setan? Naudzubillah min dzalik.

Namun demikian kesempurnaan manusia adalah relatif. Dengan 3 komponen yang telah dianugerahkan Allah ini, diharapkan manusia mampu menjalankan perintah Allah dengan maksimal dan baik, bersyukur kepada Yang Maha Pemberi, dan beribadah kepada sang Khaliq.

Allah mengingatkan dalam ayat ke 5 surat At-tiin:

ثم رددناه أسفل سافلين إلا الذين آمنوا وعملوا الصالحات فلهم أجر غير ممنون فما يكذبك بعد بالدين أليس الله بأحكم الحاكمين

“Kemudian kami kembalikan mereka ke tempat yang paling rendah, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, maka bagi mereka ganjaran yang tidak terbatas. Allah tidak berdusta dengan agama. Bukankah Allah sebaik-baik Hakim?”

Allah akan menghinakan manusia karena mereka tidak mau menggunakan akal untuk memikirkan segala ciptaan Allah hingga menghasilkan iman yang dalam kepadanya. Allah juga akan menghinakan manusia yang tidak menggunakan ruhnya untuk beribadah. Allah pasti akan menghinakan manusia yang tidak menggunakan jasadnya untuk menjalankan segala kewajiban dan tidak mampu menjaga dari dosa-dosa yang dilarang.

Dalam agama ada dua bagian penting: pertama, melakukan ketaatan terhadap segala perintah Allah; kedua, menjauhi segala larangan Allah.

Perbuatan taat adalah pekerjaan yang mudah. Setiap orang mampu mengerjakannya. Tapi, meninggalkan kemaksiatan adalah perbuatan yang paling berat karena terkait dengan meninggalkan kesenangan dan keinginan, Karena itu meninggalkan kemaksiatan adalah perbuatan yang tidak bisa dilakukan kecuali hanya oleh shiddiqun (orang-orang yang jujur) dalam beribadah dan bersungguh-sungguh dalam meninggalkan kemaksiatan.

Rasulullah saw. bersabda:

المهاجر من هجر السوء، والمجاهد من جاهد هواه

“Al-Muhajir (orang yang hijrah) adalah yang meninggalkan keburukan, dan al-mujahid (orang yang berjihad) adalah yang bersungguh-sungguh menahan hawa nafsunya.”

Makna Adz-Dzunuh dan Pembagiannya

Ad-dzunub –jamak dari kata dzanbun (dosa)– adalah balasan atau ganjaran Allah terhadap seseorang yang melakukan kemaksiatan. Jika seseorang melakukan kesalahan, maka atasnya dosa. Jika bertaubat kepada Allah, maka akan dihapus dosa tersebut. Namun jika tidak bertaubat, maka dosanya akan terus bertambah dalam hatinya dan membuat hati menjadi keras serta sulit untuk menerima kebaikan, nasihat, dan hidayah Allah.

Rasulullah saw. men-tamtsil-kan dosa seperti noktah hitam. Jika bertaubat, noktah hitam tersebut akan hapus. Namun jika dibiarkan, akan terus bertambah hitam. Para sahabat Nabi menganggap dosa –walaupun dosa dari kesalahan yang kecil– seperti gunung besar dan tinggi yang akan menimpa diri mereka.

Sementara, Imam Al-Ghazali men-tamtsil-kan dosa seperti kaca jendela yang setiap hari tertimpa debu. Jika kaca tersebut setiap hari dibersihkan, maka akan selalu tetap bersih. Namun jika dibiarkan dan tidak dibersihkan, debu akan terus bertambah dan lambat laun akan membuat kaca tertutup oleh debu sehingga cahaya matahari tidak bisa menembus kaca yang tertutup dengan debu.

Berdasarkan jenisnya, dosa dibagi menjadi dua, yaitu dosa besar dan dosa kecil. Dosa besar adalah dosa yang dilakukan oleh seseorang karena melakukan kemaksiatan seperti zina, memakan harta riba, syirik, menyembah kepada selain Allah, dan bersumpah palsu. Sedangkan dosa kecil yaitu dosa yang dilakukan oleh seseorrang karena melakukan kesalahan atau pelanggaran.

Sedangkan jika dibagi berdasarkan perbuatan yang dilakukan, dosa juga digolongkan menjadi dua. Pertama, dosa yang berhubungan dengan Allah; yaitu dosa karena melakukan pelanggaran atas hak-hak Allah seperti meninggalkan ibadah wajib dan tidak puasa. Dosa ini jika pelakunya bertaubat kepada-Nya, maka akan diampuni.

Kedua, dosa yang berhubungan dengan manusia; yaitu dosa yang dilakukan oleh seseorang karena melakukan kesalahan kepada orang lain seperti menyakiti dan mengambil harta orang lain dengan cara yang tidak dibenarkan. Dosa ini tidak akan diampuni oleh Allah kecuali dengan mendapat maaf dari orang yang disakiti atau mengembalikan harta yang diambil kepada pemiliknya.

Jenis-jenis Jawarih

Al-jawarih (anggota tubuh) adalah nikmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Tanpa al-jawarih, kesempurnaan manusia akan hilang. Jika salah satu jawarih hilang, maka dianggap cacat.

Al-jawarih juga merupakan amanah Allah yang harus dipelihara dan tidak boleh dikhianati, tidak digunakan untuk melakukan kemaksiatan, dan harus dipelihara dari dosa. Siapa yang melanggarnya, dianggap telah melakukan kezhaliman terhadap jawarih-nya.

Setiap al-jawarih yang dimiliki oleh manusia akan menjadi saksi nanti di hari kiamat. Jawarih-nya akan berbicara di hadapan Allah guna memberikan kesaksian terhadap apa yang diperbuat oleh pemilik jawarih tersebut. Allah berfirman:

يوم تشهد عليهم ألسنتهم وأيديهم وأرجلهم بما كانوا يعملون

“Pada hari itu lisan-lisan, tangan-tangan, dan kaki-kaki mereka akan menjadi saksi terhadap apa yang mereka lakukan (di dunia).”

Allah juga berfirman:

اليوم نختم على افواههم وتكلمنا أيديهم وتشهد أرجلهم بما كانوا يكسبون

“Pada hari itu kami kunci mulut-mulut mereka. Tangan-tangan dan kaki-kaki mereka menjadi saksi terhadap apa yang mereka lakukan.”

Adapun al-jawarih yang khusus kita jaga ada tujuh, yaitu mata, telinga, lidah, perut, kemaluan, tangan, dan kaki.

Adab Hifzhul Jawarih Minadz Dzunub

Adapun adab-adab menjaga al-jawarih dari dzunub adalah sebagai berikut:

1. Adab mata

Allah berfirman:

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ

“Katakanlah kepada orang-orang beriman (laki-laki) hendaknya menjaga pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka, karena yang demikian itu membersihkan jiwa mereka dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dengan apa yang mereka lakukan. Dan katakanlah kepada wanita perempuan hendaknya mereka menjaga pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka.” (An-Nur:30-31)

Mata diciptakan untuk memberikan petunjuk dalam kegelapan, membantu pada kebutuhan-kebutuhan yang dilakukan oleh anggota tubuh lain, melihat keindahan ciptaan Allah dari langit dan bumi dan makhluk lainnya, sehingga dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan Allah.

Memelihara mata dapat dilihat pada empat hal:

1. menggunakannya untuk melihat pada sesuatu yang tidak diharamkan;

2. menggunakannya untuk melihat pada sesuatu yang tidak mengumbar nafsu;

3. menggunakannya untuk melihat pada seorang muslim tidak dengan pandangan hina;

4. menggunakannya untuk melihat pada seorang muslim untuk tidak membuka aib.

2. Adab Telinga

Telinga diciptakan untuk mendengarkan kalam Allah, sunnah Rasulullah saw, dan ceramah-ceramah yang dapat memberikan faedah mengenal Allah swt., Raja Yang Maha Hidup dan Pemberi Nikmat Yang tiada henti.

Adapun telinga hendaknya dipelihara dari mendengar sesuatu yang bid’ah, ghibah, maksiat, batil, dan dari menceritakan aib orang lain.

3. Adab Lisan

Lisan diciptakan untuk memperbanyak menyebut nama Allah, berdzikir kepada-Nya dan membaca kitab Allah, mengajak manusia pada jalan-Nya, memvisualisasikan apa yang ada dalam hati dari kebutuhan agama dan dunia.

Jika lisan digunakan bukan pada tempatnya, maka pada hakikatnya telah mengingkari nikmat Allah. Karena, lisan adalah anggota tubuh yang sangat besar manfaatnya. Manusia tidak dimasukkan ke dalam neraka, kecuali karena lisannya.

Rasulullah saw. bersabda:

إن الرجل ليتكلم بالكلمة ليضحك بها أصحابه فيهوي بها في قعر جهنم سبعين خريفا

وروى أنه قتل شهيد في المعركة على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال قائل: هنيئا له الجنة، فقال: صلى الله عليه وسلم: (وما يدريك لعله كان يتكلم فيما لا يعنيه، ويبخل بما لا يغنيه.

Diriwayatkan bahwa seseorang mendapatkan syahid dalam kancah perang pada masa Rasulullah saw, maka seseorang berkata, “Selamat baginya surga.” Rasulullah saw. bersabda, “Kalian tidak mengetahui bahwa dirinya banyak berbicara sesuatu yang tidak perlu dan kikir pada orang yang membutuhkan.”

Adapun adab menjaga lisan ada 5, yaitu:

· Jaga lisan dari berdusta

Yaitu menjaganya dari jidal dan canda, tidak membiasakan pada dusta karena dusta merupakan pangkal dosa besar.

· Jaga lisan pada janji

Jika seseorang berjanji, maka harus ditunaikan janji tersebut, kecuali karena uzdur syar’i atau darurat, namun sebisa mungkin untuk bisa menepati janji tersebut dan tidak melanggarnya; karena melanggar janji merupakan akhlak yang paling tercela dan salah satu dari sifat munafik.

Nabi saw bersabda:

ثلاث من كن فيه فهو منافق وإن صام وصلى: من إذا حدث كذب، وإذا وعد أخلف، وإذا أؤتمن خان

“Tiga hal yang jika salah satunya ada dalam diri seseorang maka disebut munafik walaupun mendirikan shalat dan puasa: jika berbicara berdusta, jika berjanji melanggar, dan jika diberi amanah mengkhianati.”

· Tidak ghibah

Ghibah adalah menceritakan diri seseorang yang tidak disukai walaupun yang diceritakan mendengarnya, jika benar maka dirinya telah melakukan ghibah dan zhalim. Maka dari itu seseorang harus memelihara dirinya dari berbuat ghibah, karena ghibah adalah perbuatan yang tercela dan paling jahat.

Ghibah juga merupakan perbuatan yang diharamkan Allah, dan biasanya ghibah bersumber dari prasangka buruk terhadap seseorang lalu tanpa melakukan cek dan ricek terlebih dahulu diceritakan kepada orang lain. Allah swt. mengecam orang yang berghibah dan menyamakannya dengan memakan daging saudaranya yang sudah meninggal.

Allah berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنْ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah akan buruk sangka, karena buruk sangka sebagiannya adalah dosa.Jangan mengintai, dan jangan ghibah sebagian kalian dengan yang lainnya, sukakah diantara kalian memakan daging saudaranya yang sudah meninggal, tentu kalian tidak akan menyukainya, dan bertakwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang.” (Al-Hujurat:12)

Cukuplah bagi seseorang memikirkan aibnya sendiri ketimbang aib orang lain, sebagaimana yang diwasiatkan Rasulullah saw.

طوبى لمن شغله عيبه عن عيوب الناس

“Beruntunglah seseorang yang sibuk dengan aibnya sendiri dari memikirkan aib orang lain.”

Allah swt. memuji orang yang menjadi perisai saudaranya dan menjaga dirinya untuk tidak menceritakan aib orang lain. Karena dirinya mampu menutupi aib orang, maka Allah akan menutupi aib dirinya. Namun jika mengumbar aib orang, maka Allah akan mengecamnya dan dibuka kehormatannya di dunia sementara di akhirat Allah akan mencelanya di hadapan semua makhluk-Nya.

· Jangan berbantah-bantahan dan jidal

Yaitu berbantah-bantahan dalam bicara di hadapan orang lain dengan tujuan menghinakan orang tersebut sambil menampakkan dirinya orang yang paling bersih, pintar, dan berwawasan luas.

Rasulullah saw. bersabda:

من ترك المراء وهو مبطل بنى الله له بيتا في ربض الجنة، ومن ترك المراء وهو محق بنى الله له بيتا في أعلى الجنة

“Barangsiapa yang meninggalkan berbantah-bantahan padahal dalam kebatilan, maka Allah akan bangunkan baginya rumah dalam surga paling bawah. Dan barangsiapa yang meninggalkan berbantah-bantahan padahal kebenaran, maka Allah akan bangunkan baginya rumah di surga yang paling tinggi.”

· Tidak mencela ciptaan Allah

Seseorang tidak boleh mencela ciptaan Allah; seperti hewan, makanan atau manusia itu sendiri. Tidak menuduh orang pada kekafiran atau nifak; karena kufur dan nifak adalah urusan Allah dan merupakan perbuatan hati. Dan yang berhak membuka perbuatan hati adalah Allah.

Rasulullah saw. tidak pernah mencela makanan yang ada di hadapannya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a., “Rasulullah saw. sama sekali tidak pernah mencela makanan yang tidak disukainya. Jika beliau menyukai, maka beliau memakannya; dan jika tidak, maka beliau meninggalkannya.”

4. Adab Perut

Adapun perut harus dipelihara dari memakan makanan yang haram dan syubhat. Berusahalah mencari yang halal. Bagi seseorang yang telah mendapatkan harta yang halal, maka hendaknya berusaha menggunakannya dengan sebaik-sebaiknya. Tidak memakannya hingga kekenyangan karena kekenyangan akan membuat hati keras, merusak akal, melemahkan daya ingat, membuat anggota tubuh berat untuk beribadah dan membaca Al-Quran, meninggikan nafsu syahwat dan membuka pintu setan sehingga masuk ke dalamnya.

5. Adab kemaluan

Kemaluan harus dipelihara dari hal-hal yang diharamkan Allah, sebagaimana yang difirmankan Allah swt:

وَالذَينَ هُم لِفُروجِهم حافِظون، إِلاّ عَلى أَزواجِهِم أَو ما مَلَكَت أَيمانُهُم

“Dan mereka yang memelihara farj (kemaluannya) kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak mereka.”

Pemeliharaan farj tidak akan bisa diraih kecuali dengan memelihara mata dari pandangan yang diharamkan, menjaga hati dari mengkhayal dan mengumbar syahwat, dan menjaga perut dari syubhat dan kekenyangan karena semua itu merupakan pemicu dari syahwat.

6. Adab tangan

Adapun tangan juga harus dipelihara dari melakukan tindakan yang merugikan orang lain; seperti memukul orang lain tanpa alasan yang dibenarkan, mengambil hak orang lain dengan cara yang tidak halal, menyakiti setiap makhluk Allah, berkhianat, menulis sesuatu yang tidak dihalalkan, karena tulisan adalah pengganti lisan.

7. Adab kaki

Adapun kaki harus dipelihara dari berjalan menuju yang haram dan ke tempat yang diharamkan. Tidak menggunakannya untuk menendang atau melakukan kekerasan, dan berusaha untuk melangkahkannya ke tempat yang halal dan dibolehkan; seperti masjid, majelis taklim, berziarah ke tempat saudaranya sesama muslim, dan membantu orang lain.

Demikianlah hifhzul jawarih yang harus dipelihara oleh setiap muslim. Amal jawarih merupakan cerminan dari kondisi hati. Karena itu, jika seseorang ingin berhasil melakukan hifzhul jawarih, hendaknya memelihara hatinya agar bersih dari dosa dan kotoran. Baik dan buruknya jawarih terlihat dari kondisi hati. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw.:

ألا إن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح بها سائر الجسد، وإذا فسدت فسد بها سائر الجسد ألا وهي القلب.

“Ketahuilah dalam jasad manusia ada segumpal darah, jika baik maka akan baik pula seluruh jasadnya, dan jika rusak maka akan rusak pula seluruh jasadnya. ketahuilah, segumpal darah itu adalah hati. ”
http://wirausahapesantren.blogspot.com/2010/04/menjaga-tubuh-dari-dosa.html 

Saturday 19 May 2012

5 WISDOMS

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Sollu 'alan Nabi.


1.
 If you are right, then there is no need to get angry.
 And if you are wrong then you don’t have any right to get angry.

2.
 Patience with family is love
 Patience with others is respect.
 Patience with self is confidence.

 3.
 Never think hard about past, It brings tears.
 Don’t think more about future, It brings fears.
 Live this moment with a smile, It brings cheers…

 4.
 Every test in our life makes us bitter or better.
 Every problem comes to make us or break us.
 Choice is ours, whether we become victim or victorious.

 5.
 Search a beautiful heart, not a beautiful face.
 Beautiful things are not always good, but good things are always beautiful.
REBLOGGED FROM THEIDEALMUSLIMAH

Friday 18 May 2012

ada perkara yang lebih penting

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Sollu 'alan Nabi.

Hari ini, hati terketuk, terhentak. Terbuka. Untuk menyedari bahawa ada perkara yang lebih penting dari memikirkan tentang diri sendiri, mencari kesalahan orang lain, bersedih atas impian duniawi yang tak dapat terpenuhi, fikiran-fikiran lesu yang membawa khayalan yang menipu, angan-angan untuk pergi ke tempat-tempat indah untuk berseronok, makanan yang sedap, hal ehwal orang lain yang tak penting dan buang masa kalau tahu pun, hiburan yang menumpukkan dosa dan menggelapkan hati, kebodohan, kelalaian..ahh.. terlalu banyak kesia-siaan dalam hidup andai tak bersandar pada Allah, andai tak ingat Allah. (baca tafsir surah Al-Asr)

Pernah tak kita terfikir tentang umat Islam yang menderita di Palestin? Adakah kita ambil berat tentang mereka? Kita selalu mengeluh dengan masalah kita, seolah-olah itulah masalah yang paling besar..Walhal mereka yang berjuang di Palestin lebih berat ujiannya. Malunya...

Ada perkara yang lebih penting dari nafsu kita. Kita sibuk sangat nak penuhkan kehendak nafsu, sampai bila tak dapat satu benda tu, kita jadi sangat kecewa. Ya Allah..lemahnya iman kita..

Perkara yang paling penting buat kita sepatutnya adalah Allah, Rasulullah, Iman, Islam, akhirat. Segala yang terkait tentang itu. Tapi, kita selalu sempitkan fikiran dan hati dengan hal remeh temeh hingga lupa 'perkara' yang lebih utama. I'm saying this to myself. Allah..tolonglah hambaMu yang masih lalai dengan dunia ini..yang masih lemah jiwanya..

Umat Islam sekarang perlu bersatu, bukan berpesta. Saidina Umar berpesan, "Kita mulia sebab Islam, kalau kita cuba cari sebab lain, tunggulah hinaan Allah untuk kamu.."

Allah..terasa beratnya tanggungjawab sebagai khalifah..Permudahkanlah..Jadikan kami hambaMu yang taat..Berjuang demi agamaMu semata-mata keranaMu..


Monday 14 May 2012

Jika Ikhlas...


Bismillahirrahmaanirrahiim.

Sollu 'alan Nabi.

Ya Allah, hati hamba sangat mendambakanMu. Sangat menginginkan keredhaanMu. Tapi mengapa hati hamba masih belum mampu untuk khusyuk ketika solat. Masih merungut atas masalah yang diberikanMu. Masih bersedih, masih sakit hati, masih..masih..dan masih..

Ya Allah, Kau Maha Berkuasa. Tiada apa yang Engkau rencanakan sia-sia. Rupa-rupanya Engkau ingin mengajarkan hamba erti ikhlas, erti sabar, erti tawakkal, erti redha. Tidak akan dapat hamba miliki sifat itu tanpa tarbiyah dariMu Ya Allah.

Jika betul ikhlas kerana Allah, kenapa masih bersedih? Kenapa hati tidak mampu bersabar? Kenapa masih tidak mahu merendahkan diri. Jika betul hatimu ikhlas kerana Allah, kamu tidak akan merungut, tidak akan mengeluh, malah kamu akan tersenyum sambil mengatakan, "Aku bersabar kerana Allah, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.." Lalu kamu tetapkan kesabaran kamu dan kepada Allah kamu bertawakkal...

Jika kamu betul ikhlas kerana Allah, tiada apa yang dapat memberi kesan kepada dirimu, selain Allah. Ikhlas tidak akan didapati bersama sifat gila hormat /puji dan inginkan apa yang orang lain ada /tamak. Ubatnya adalah dengan yakin dengan sebenar-benar yakin bahawa hanya pujian dan hinaan Allah yang boleh memberi manfaat atau mudarat, serta cukuplah bagimu mengharapkan apa yang ada di sisi Allah. (Al-Fawaid)

Hati yang khusyuk datang dari jiwa yang berserah diri kepada Tuhannya. Ikhlas, sangat memerlukan Allah, yakin dengan pertemuan dengan Allah, serta kembalinya jiwa kepada Allah.

Ya Allah, selama-lamanya jiwa ini memerlukanMu. Selama-lamanya jiwa ini ingin bersama denganMu. Allahu Rabbi..Terima kasih Tuhan Yang Maha Pengasih, atas segala pemberian indah dariMu...

-cintasiteluki-



Sunday 13 May 2012

Memilih Ibu Untuk Si Anak

Bismillahirrahmaanirrahiim.


Sollu 'alan Nabi.



Mendidik anak bukan bermula selepas anak itu lahir, bahkan lebih awal lagi. Perancangan dalam mendidik anak mesti bermula seawal mencari jodoh. Sebelum seseorang jejaka membuat keputusan tentang pasangan hidupnya, dia perlu ingat bahawa pasangan itu adalah bakal ibu kepada anaknya.
Wanita itu bukan hanya untuk dirinya sebagai seorang isteri, bahkan juga untuk anak-anaknya sebagai seorang ibu. Oleh yang demikian, menjadi tanggungjawab setiap lelaki agar memilih ibu yang tepat untuk anak-anaknya.
Memilih ibu membawa maksud mencari jodoh isteri yang beriman, bertakwa dan mampu melaksanakan tanggungjawab sebagai ibu solehah. Untuk memenuhi tuntutan ini pemilihan isteri yang tepat perlu sejajar dengan penetapan yang dianjurkan oleh Islam. Ini amat penting bagi mencapai target ibu mithali yang menjadi hadiah kehadiran buat anak-anak yang akan dilahirkan ke dunia.
Pada suatu hari Khalifah Umar bin Al-Khattab r.a didatangi seorang lelaki yang mengadu bahawa anaknya sentiasa menderhaka kepadanya. Maka anak itu dipanggil oleh Umar, seraya diingatkan agar jangan menderhakai ayahnya serta dianjurkan agar ia mentaatinya dan menjaga hak-haknya. Tiba-tiba si anak pun bertanya kepada Umar katanya: Wahai Amirul Mukminin apakah anak tiada mempunyai hak-hak atas ayahnya?
Jawab Umar: Bahkan ada! Berkata si anak "Apa dia, wahai Amirul Mukminin? Berkata Umar: Memilih ibu yang baik, memberikan nama yang baik serta mengajarnya membaca Al-Quran. Berkata si anak:Wahai Amirul Mukminin sesungguhnya bapa saya tiada membuat satu pun dari ketiga-tiga perkara itu. Ibu saya berbangsa Afrika dahulunya isteri seorang majusi. Saya pula diberi nama Khunfusak (bermaksud 'lipas') dan juga tidak pernah mengajar saya satu huruf pun dari Al-Quran. Lalu Umar berkata kepada ayahnya: 'Jika demikian, kamu telah derhaka kepada anakmu sebelum dia derhaka kepada mu.'
Teguran Umar itu bertepatan dengan hadis daripada Abu Hurairah r.a bahawasanya Rasulullah saw telah bersabda "Seseorang wanita dinikahi kerana empat sebab: kerana hartanya, keturunannya, kecantikannya dan kerana agamanya. Maka hendaklah engkau mengutamakan yang beragama, itulah pilihan yang terbaik."
Baginda saw menegaskan betapa pentingnya wanita yang mempunyai asas agama yang mantap dan amalan-amalan yang kuat yang mampu membentuk dirinya sebagai srikandi mulia dalam sesebuah institusi keluarga. Agama diiktifar sebagai kriteria tertinggi berbanding rupa paras, kekayaan dan darjat. Agama inilah yang dapat menjamin kemampuan si ibu untuk mendidik anak.
Pemilihan ibu yang tepat untuk si anak ini tentunya timbul atas kesedaran untuk menjadikan perkahwinan sebagai saham akhirat. Ini kerana pelayaran sebuah perkahwinan bukanlah seperti melepaskan batuk di tangga atau semudah menyuapkan makanan ke mulut tanpa berfikir himpitan mahupun kekangan yang akan ditempuhi. Perkahwinan yang dianjurkan Islam perlulah berkemudi hingga ke pelabuhan dan hasilnya dapat dinikmati di akhirat kelak.
Perkahwinan beginilah yang mampu membuahkan anak-anak yang soleh dan solehah. Lihat sahaja perkahwinan yang Rasulullah dengan isterinya yang tercinta Ummul Mikminin Saidatina Khadijah. Kebahgiaan yang dibina atas jihad kepada Islam ini mendamaikan dua hati yang diketemukan walaupun bertingkah jurang dari segi umurnya. Hasilnya zuriat yang lahir dididik dengan sempurna, menjadi tokoh ummah yang dikenang sepanjang zaman.
Ibu adalah manusia yang paling dekat dengan si anak. Ibu yang beriman dan bertaqwa akan melahirkan waris-waris yang beriman dan bertaqwa kepada Allah. Contohilah Khunsa', srikandi Islam yang berjaya dan mentarbiyah anaknya seramai tiga orang.
Ketika anak pertamanya mati syahid beliau masih tersenyum kerana masih ada anak yang kedua syahid yang kedua yang diharapkan akan gugur sebagai syuhada. Kejayaan Khunsa' menanam semanagt jihad pada jiwa anak-anaknya merupakan hasil daripada jiwa besar seseorang wanita yang akrab dan intim dengan ilmu-ilmu Islam dan amalannya.
Tidak salah mencari pasangan yang menawan, kaya dan berdarjat. Lagi lengkap pakej kesempurnaan, lagi baik. Asalkan krieteria utama iaitu beragama tidak dicicirkan. Seorang anak tidak boleh dididik dengan wang ringgit atau kekayaan si ibu. Si ibu yang cantik bukan jaminan bahawa dia mampu mendidik anak dengan baik.
Begitu juga darjat dan keturunan bukanlah penyebab yang dapat membentuk personaliti soleh dan solehah anak. Tetapi yang pasti, agama si ibu adalah satu jaminan ke arah kesempurnaan didikan anak. Ibu yang berakhlak, berilmu, taqwa, kuat beribadah secara adatnya mampu membimbing anak ke jalan bahagia.
Sekurang-kurangnya percikan akhlak solehah si ibu mampu mendorong si anak secara lisanul hal. Atau setidak-tidaknya doa si ibu yang luhur peribadi ini mampu menggamit hidayah, rahmat dan keampunan Allah buat si anak.
Malang sekali masyarakat hari ini tidak mengambilkira soal pemilihan ibu untuk si anak. Mereka melihat perkahwinan ini dari sudut kepuasan nafsu semata. Si gadis yang comel, seksi dan bergaya itulah yang diutamakan.
Jika si dia kaya dan berdarjat lagi mahu. Soal akhlak, iman dan alam diketepikan. Semasa memilih pasangan tidak terlintas soal anak. Bila anak sudah lahir, anak menjadi mangsa kejahilan dan kebobrokan akhlak ibu.
Mereka lupa tanggungjawab wanita sebagai isteri dan ibu yang berperanan untuk memelihara dan mendidik anak-anak menjaga kehormatan diri dan menjamin keperluan rumahtangga yang mencukpi.
Bukan lelaki sahaja perlu mencari ibu yang betul untuk si anak, malah para wanita juga perlu memilih bapa yang tepat untuk anaknya. Wanita yang solehah perlu merancang memilih bapa soleh untuk anak-anak mereka. Hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi "Apabila datang kepada kamu peminang (lelaki) yang engkau puas hati dengan agamanya dan kelakuannya, makakahwinilah dia".
Betapa malangnya wanita mukminah yang jatuh ke tangan ketua keluarga yang "thaleh" dan curang akhlaknya serta memandang enteng prinsip-prinsip Islam dan ibadah-ibadah. Apalah gunanya anak-anak yang hidup dalam keluarga yang terajunya tidak mengindahkan hukum dan seruan Allah.
Tegasnya, demi untuk zuriat yang bakal lahir, setiap pemuda dan pemudi wajib merancang dengan baik dalam mencari bakal ibu dan bapa kepada anak-anak. Jika gagal, tidak mustahil anak-anak nanti menjadi rosak dan akhirnya menjadi derhaka kepada ibu dan ayah. Jangan jadi seperti yang dikatakan oleh Sayyidina Umar: 'Kamu telah menderhaka kepada anakmu, sebelum anakmu menderhaka kepada mu...'